8/27/2016

Gaya Hidup Sehat Sederhana yang Efektif

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Namun, upaya pencegahan ini tak mudah. Apalagi, masalah kesehatan lingkungan amat luas dan kompleks.

"Terlebih, sebagaian besar masalah lingkungan di luar kewenangan institusi kesehatan. Karena itu, diperlukan komitmen, keterlibatan, dan sinergi dari stakeholder. Juga, pemberdayaan masyarakat,’’ jelas Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpS(K) MARS DTM&H DTCE.

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementrian Kesehatan RI itu menyebut, bila dibuat skala prioritas, masalah lingkungan menyangkut penyediaan air minum, sanitasi, serta wilayah kumuh. Menurut Tjandra, persentase penduduk berperilaku benar buang air besar (BAB) pada 2010 sebanyak 82,8 persen.

Gaya Hidup Sehat


Kondisi ini meningkat 11,1 persen jika dibandingkan dengan 2007 sebesar 71,1 persen. Kebiasaan mencuci tangan dengan benar pada 2010 sebesar 35 persen. Kondisi ini meningkat 11,8 persen bila dibandingkan dengan 2007 sebesar 23,2 persen. Nah, persentase rumah tangga yang tidak mempunyai sarana penampungan air limbah sebesar 18,9 persen.

Baca juga http://www.glenwoodhills.org/menjaga-kesehatan-rambut-dengan-bahan-alami/

Itu menurun 6 persen daripada angka 2007 sebesar 24,9 persen. Sayang, masih ada 41,3 persen rumah tangga yang membuang limbah rumah tangga ke sungai,parit, dan got. Juga, 52,1 persen rumah tangga menangani sampah dengan cara dibakar.  

"Berbagai aspek perilaku tersebut merupakan perilaku sederhana yang berdampak luar biasa terhadap kesehatan. Apabila itu ditangani secara terpadu, sebagain besar penyakit yang mungkin muncul dapat dicegah," tuturnya.

Layanan Kebutuhan Gizi Anak Belum Optimal

Sementara itu guna memupuk kesadaran masyarakat dalam memperhatikan kebutuhan gizi anak, kemarin, Dinkes menggelar lomba balita sehat. Ada 72 anak dari 14 kecamatan di seluruh kota.

Dalam lomba itu, kontestan dibagi menjadi dua kelompok umur, yakni enam sampai 23 bulan dan 24-50 bulan. "Harapannya, selain untuk menyemarakkan HKN (Hari Kesehatan Nasional), kegiatan ini juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memperhatikan kebutuhan gizi si kecil," kata Kepala Dinkes kota Jogjakarta Tuty Setyowati.

Lihat juga http://embellishmentsone.com/cara-cantik-alami-versi-wanita-dari-berbagai-negara/

Dia menambahkan, selain berguna untuk mengantarkan anak pada kondisi gizi yang cukup, perilaku pola asuh anak dengan benar juga dapat meminimalisasi kemungkinan terjadinya gizi berlebih.
"Dengan pola asuh yang tepat, anak bisa tumbuh dan berkembang secara sehat. Sebab, kalau sampai kelebihan, dampaknya juga sama buruknya. Si anak jadi gampang sakit," tambahnya.

Ia melanjutkan, proses untuk memerangi adanya gizi buruk harus dilakukan bersama-sama, antara pemerintah dan masyarakat. Sebab, keduanya memiliki peran masing-masing yang saling melengkapi. "Kalau pemerintah saja tanpa ada support dari masyakat ya sama juga bohong. Makanya perlu adanya sinergi, agar hasilnya bisa optimal," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar